JALAN PANJANG SEORANG PETARUNG
Suatu saat, Bambang Pacul berkisah: "Pak Jokowi itu Korea. Wohh.. Pak Jokowi itu petarung berkelas. Sulit sekali ditebak. Lalu, apakah pak Jokowi punya nyali? Wohh...sangat bernyali." Dst. Demikanlah Bambang Pacul bertutur dengan gaya khasnya.
Dingin, tahan banting, dan tak banyak bicara – begitulah gambaran singkat sosok Jokowi sebagai pemimpin. Semua yang diceritakan Bambang Pacul tentang Jokowi sama sekali tak meleset. Kalau tidak, nyaris mustahil seseorang yang berangkat dari bantaran kali di Solo bisa menjadi pengusaha (menengah) yang sukses, Walikota Solo 2x, Gubernur DKI Jakarta 1x, Presiden RI 2x, dan sekarang Dewan Penasihat Bloomberg New Economy.
Jadi yang disampaikan Bambang Pacul bukanlah pujian kosong. Ia sekadar membaca jejak. Dari bantaran kali di Solo hingga ruang-ruang global, jalur itu terlalu panjang jika hanya ditopang keberuntungan. Di situ ada nyali, disiplin, dan daya tahan–tiga hal yang jarang bersatu dalam satu sosok.
Orang boleh memfitnah dan menghinanya habis-habisan, tapi nyaris mustahil bagi pemfitnah dan penghinanya itu untuk menyamai semua pencapaian hidup Jokowi. Bahkan mungkin sulit dicapai oleh warga lainnya di Republik ini – setidaknya sampai beberapa dekade ke depan. Jangankan para pion (lapangan) penyerangnya selama ini, bahkan "orang besar" di balik operasi politik seperti yang disinyalir oleh sementara pihak – bukanlah lawan Jokowi.
Jokowi selalu memilih bertarung tanpa gaduh, bekerja tanpa perlu selalu dipahami, dan membiarkan waktu yang memberi jawaban. Dan pada akhirnya kita bisa belajar, hidup bukan soal siapa paling yang rajin dan pandai menyerang, melainkan siapa paling lama bertahan di jalan lurusnya. Dan di Republik ini, ketahanan semacam itu masih langka–karenanya lelaki bantaran kali Solo itu mudah disalahpahami, namun sulit dibantah. Tulisan ini bukan puja puji pada seseorang, tapi soal data dan fakta dari perjalanan hidup seseorang. By: ER
Posting Komentar