FKUB Lampung Ingatkan Bahaya Intoleransi dan Radikalisme, Fokus ke Generasi Muda
Bandar Lampung 28 Agustus 2025, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Lampung menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Mewaspadai Pemahaman Faham Intoleran dan Radikalisme Menuju Lampung Rukun, Aman, dan Damai” di Soeltan Luxe Hotel, Kota Bandar Lampung, Rabu (28/8).
Kegiatan yang dihadiri sekitar 60 perwakilan majelis agama dan penghayat kepercayaan ini dipimpin Ketua FKUB Lampung, Prof. Dr. H. Moh Baharuddin, M.A., dengan menghadirkan narasumber dari berbagai unsur: AKBP Suherwanto, S.E., M.Si. (Kasubdit Kamneg Dit Intelkam Polda Lampung), M. Nurul Hidayat, S.H., M.H. (Kejaksaan Tinggi Lampung), serta Martin Sudarmawan (eks napiter Jamaah Islamiyah). Diskusi dimoderatori oleh Wakil Ketua FKUB Lampung, I Wayan Mustika, S.Sn., M.Hum.
Dalam sambutannya, Prof. Baharuddin menegaskan bahwa potensi intoleransi di masyarakat masih cukup tinggi, terlihat dari masih maraknya perusakan rumah ibadah yang ramai dibicarakan di media sosial. “Dialog lintas agama ini penting untuk diteruskan kepada umat masing-masing agar kita semua bisa menjaga Lampung tetap rukun dan damai,” ujarnya.
AKBP Suherwanto menjelaskan bahwa intoleransi dan radikalisme erat kaitannya dengan aksi terorisme. “Radikalisme berusaha mengubah keadaan dengan kekerasan, sementara intoleransi menolak keberagaman. Keduanya adalah pintu masuk menuju terorisme. Karena itu pencegahan harus dilakukan bersama,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya pemantauan media sosial dan pembinaan generasi muda sebagai kelompok paling rentan.
Dari sisi penegakan hukum, Kasi Intelijen Kejati Lampung, M. Nurul Hidayat, menyebut bahwa Kejaksaan tidak hanya bertugas menindak, tetapi juga melakukan edukasi. “Melalui program Jaksa Masuk Sekolah dan Jaksa Masuk Pesantren, kami berupaya menanamkan wawasan kebangsaan dan kewaspadaan terhadap radikalisme di kalangan pelajar dan santri,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa Lampung pernah menjadi basis besar kelompok radikal seperti Khilafatul Muslimin, sehingga kewaspadaan harus ditingkatkan.
Sementara itu, Martin Sudarmawan, eks napiter yang kini aktif di Yayasan Mangkubumi Putra Lampung, menekankan pentingnya pendidikan agama yang benar, penguatan peran keluarga, serta literasi digital. “Semua agama mengajarkan kebaikan. Jika dipahami dengan benar, tidak ada alasan untuk saling menyalahkan. Dialog antaragama seperti ini harus terus dilakukan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi paham radikal,” ujarnya.
FGD ini menghasilkan komitmen bersama untuk memperkuat sinergi lintas agama, aparat penegak hukum, dan tokoh masyarakat dalam mencegah penyebaran intoleransi dan radikalisme. Ke depan, FKUB Lampung berencana meluncurkan program “FKUB Goes to Campus” guna memberikan edukasi tentang toleransi, kebangsaan, dan moderasi beragama kepada mahasiswa sebagai kelompok strategis yang rawan terpapar ideologi radikal.
Posting Komentar