Sejak Kau Datang "MENAWAN" bukan lagi Kata
Kau adalah lilin pertama yang membakar ruang gelapku, terangi sudut yang tak terjamah hingga berdarah.
Berpendar dalam senyap, menyulut gurun di retina mataku. Setiap versi mu adalah hujan di tanah kering.
Ada yang jatuh sebagai rindu berduri, ada yang menggenang jadi kerinduan beracun.
Kau merembes dalam pori-pori sunyiku, mengalir pelan, lalu diam-diam menumbuhkan akar yang merobek jiwa.
Sekarang kau hutan di dadaku yang menyesatkan ku diantara rimbunnya dahan mu.
Dalam diam, kurekam jejak-jejakmu seperti sungai menahan pantulan bulan yang rapuh.
Tak perlu bersuara !
Arus mu telah menenggelamkan seluruh kamus cinta yang kupahat pada tulang rusuk.
Dunia ini cawan tembikar pecah, tapi kau adalah embun yang kuteteskan dari pelupuk mata, selalu lenyap sebelum ku sadari.
Kata - kata hanya serpih pasir yang menggores luka genggaman tanganku, kau juga ombak yang menjanjikan samudera tapi selalu surut.
Jika nanti kita hanya menjadi cerita yang tercecer, maka biarlah aku menjadi halaman terakhir yang kau tulis dengan tinta dari getah rindu yang kini mengering.
Dari ujung waktu, ketika debu perlahan menghapus semua kisah kau tetap jadi pertanyaan dalam kisah. Seperti luka yang tak bernanah namun selalu berdenyut.
Coba kau lihat bulan dibalik awan itu, Ada tapi tak tersentuh bukan ?
Bye: zuli
Posting Komentar